Larangan Meniup atau Menghirup Makanan dan
Minuman
yang Masih Panas dalam Islam
Prohibition Inhaling or Exhaling Food and Drinks were Still Hot
Prohibition Inhaling or Exhaling Food and Drinks were Still Hot
in Islam
Makan
dan minum bagi seorang muslim sebagai sarana untuk menjaga kesehatan badannya
supaya bisa menegakkan ibadah kepada Allah SWT. Karenanya Muslim berusaha agar
makan dan minumnya mendapatkan pahala dari Allah. Caranya, dengan senantiasa
menjaga kehalalan makanan dan minumannya serta menjaga adab yang dituntunkan
Islam.
Eating and drinking for a
Muslim as a means to maintain a healthy body in order to enforce the worship of
Allah. Therefore Muslims trying to eat and drink to get reward from God. How,
by always keeping halal food and drink as well as keeping it teaches Islamic
culture.
Makan dan minum seorang muslim tidak sebatas aktifitas memuaskan
nafsu, menghilangkan lapar dan haus saja. Oleh sebab itu, seorang muslim
apabila tidak lapar maka dia tidak makan dan apabila tidak haus, dia tidak
minum. Hal ini seperti yang diriwayatkan dari seorang sahabat,
Eating and drinking a Muslim is not limited to activities satisfy
the appetite, eliminate hunger and thirst. Therefore, a Muslim if they are not
hungry they do not eat and when not thirsty, they do not drink. It is like that
narrated from a friend,
“Kita (kaum muslimin)
adalah kaum yang hanya makan bila lapar dan berhenti makan sebelum kenyang.“
"We (Muslims) are
people who only eat when hungry and stop eating before satiety."
Dari sini, maka seorang muslim dalam makan dan minumnya senantiasa
memperhatikan adab Islam yang telah dicontohkan Rasulullah Saw agar bernilai
ibadah. Dan di antara adabnya adalah tidak bernafas dan meniup minuman.
From here, it is a Muslim in eating and drinking observes the
Islamic culture that has exemplified the Prophet so worth of worship. And among
his manners were not breathing and blowing drinks.
Hal ini didasarkan pada beberapa hadits, di antaranya dari Abu
Qatadah, Rasulullah Saw bersabda, “Jika
kalian minum maka janganlah bernafas dalam wadah air minumnya.” (HR.
Bukhari no. 5630 dan Muslim no. 263).
It is based on some hadits, including from Abu Qatada, the Prophet
said, "If you drink then do not
breathe in the drinking water container." (HR. Bukhari no. 5630 and
Muslim, no. 263).
Dari Ibnu Abbas, “Sesungguhnya
Rasulullah Saw melarang untuk bernafas atau meniup wadah air minum.”
(HR. Al-Tirmidzi no. 1888 dan Abu Dawud no. 3728, dan hadits ini
dishahihkan oleh Al-Albani).
From Ibn Abbas, "Indeed, the Prophet forbade to breathing or
blowing a container of drinking water." (HR. Al-Tirmidhi, no. 1888
and Abu Dawud no. 3728, and this hadith classed as saheeh by al-Albani).
Dan juga hadits Abu Sa'id al-Khudri
radliyallah 'anhu, Bahwa Rasulullah Saw melarang untuk meniup di dalam air
minum." (HR. al-Tirmidzi no.
1887 dan beliau menyahihkannya).
And also the hadith of Abu Sa'eed
al-Khudri radi 'anhu, that the Prophet forbade to blowing in the drinking
water. " (HR. Al-Tirmidhi, no.
1887 and he saheeh it.).
Dalam Syarah Shahih Muslim, Imam Nawawi mengatakan, “Larangan bernafas dalam wadah air minum
adalah termasuk etika karena dikhawatirkan hal tersebut mengotori air minum
atau menimbulkan bau yang tidak enak atau dikhawatirkan ada sesuatu dari mulut
dan hidung yang jatuh ke dalamnya dan hal-hal semacam itu."
In Sharh Saheeh Muslim, Imam Nawawi said, "Prohibition breathe in the drinking water container is included
ethics lest it contaminate drinking water or cause unpleasant odors or worry
about something from the mouth and nose that falls into it and stuff like that
. "
Dalam Zaadul Ma'ad IV/325 Imam Ibnul Qayyim mengatakan, “Terdapat larangan meniup minuman karena hal
itu menimbulkan bau yang tidak enak yang berasal dari mulut. Bau tidak enak ini
bisa menyebabkan orang tidak mau meminumnya lebih-lebih jika orang yang meniup
tadi bau mulutnya sedang berubah.” Ringkasnya hal ini disebabkan nafas orang yang
meniup itu akan bercampur dengan minuman. Oleh karena itu, Rasulullah Saw
melarang dua hal sekaligus yaitu mengambil nafas dalam wadah air minum dan
meniupnya.
In Zaadul Ma'ad IV / 325 Imam Ibn al-Qayyim said, "There is a ban blow drinks because it
gives rise to an unpleasant smell coming from the mouth. The bad smell can
cause people do not want to drink more so if the person who blew her breath
before being changed.” In summary this is due to the breath of those who
blew it will be mixed with drinks. Therefore, the Prophet forbade two things at
once is to take a deep breath and blew drinking water container.
Dari Asma
binti Abu Bakr, sessungguhnya beliau jika beliau membuat roti tsarid
wadahnya beliau ditutupi sampai panasnya hilang kemudian beliau mengatakan, aku
mendengar Rasulullah Saw bersabda, “Sesungguhnya makanan yang sudah tidak panas
itu lebih besar berkahnya”. [HR Hakim no 7124. Hakim
mengatakan, “Hadits sahih sesuai dengan kriteria Muslim”. Pernyataan
beliau ini disetujui oleh adz Dzahabi. Hadits di atas dimasukkan oleh al Albani
dalam Silsilah Shahihah jilid 1 bag 2 no hadits 392].
From Asma bint Abu Bakr, indeed
if he makes bread tsarid he covered container until the heat lost and then he
said, I heard the Prophet said, “indeed, food is not hot it was bigger blessing.”
[HR Judge No. 7124. The judge said, "Hadith sahih
according to Muslim criteria". His statement was approved by adh
Dhahabi. Above hadith entered by al-Albani in Genealogy Shahihah vol 1 bag 2 no
hadith 392].
Dalam Silsilah Shahihah jilid 1 bag 2 hal 748, al Albani mengatakan, “Terdapat riwayat
yang sahih dari Abu Hurairah, beliau mengatakan “Makanan itu belum boleh
dinikmati sehingga asap panasnya hilang”.
In Lineage Shahihah volume 1 part 2 748 terms, al-Albani said, "There is a
legitimate history of Abu Hurayrah, he said," It is not allowed to be
enjoyed so smoke heat is lost ".
Diriwayatkan oleh al Baihaqi dengan sanad yang sahih sebagaimana
kujelaskan dalam Irwa’ Ghalil no 2038”.
Narrated by al-Bayhaqi with a valid chain of transmission, as
explained in Irwa 'Ghalil No. 2038 ".
Dari beberapa hadits di atas jelas menyatakan bahwa meniup makanan
panas dan memakan makanan panas tidak dianjurkan oleh Rasulullah SAW.
Of some of the above hadith clearly states that blowing hot food
and eat hot food was not recommended by the Prophet Muhammad.
Penjelasan Bahaya Meniup
Makanan dan Minuman Panas
The Explanation of The Danger of Blowing Hot Food and Drinks
The Explanation of The Danger of Blowing Hot Food and Drinks
Di antara hikmah larangan meniup minuman yang masih panas adalah
karena nanti struktur molekul dalam air akan berubah menjadi zat asam yang
membahayakan kesehatan.
Among the wisdom ban blowing hot beverages is molecular structure
in water will turn into acidic substances harmful to health for later.
Manusia
bernapas menghirup oksigen atau O2, dan menghembuskan karbondioksida atau CO2.
Ketika kita meniup makanan, tentunya yang kita keluarkan adalah gas CO2.
Sementara itu makanan panas tadi masih mengeluarkan uap air (H2O). Ini berarti
di dalam air terdapat 2 buah atom hidrogen dan satu buah atom oksigen yang mana
2 atom hidrogen tersebut terikat dalam 1 buah atom oksigen. Menurut reaksi
kimia, apabila uap air (H2O) bereaksi dengan karbondioksida (CO2) akan
membentuk senyawa asam karbonat / carbonic acid (H2C03) yang bersifat asam. Zat
asam inilah yang berbahaya bila masuk kedalam tubuh kita.
Humans breathe breathing oxygen or O2, and exhale carbon dioxide
or CO2. When we blow the food, of course, that we spend is CO2 gas. While the
food was still steaming hot water (H2O). This means that in the water there are
two hydrogen atoms and one oxygen atom which two hydrogen atoms are bound in 1
oxygen atoms. According to the chemical reaction, when water vapor (H2O) reacts
with carbon dioxide (CO2) to form carbonic acid compound / carbonic acid
(H2C03) acidic. This acidic substances harmful when it enters into our
body.
H2O + CO2 => H2CO3
Senyawa H2CO3 adalah senyawa asam yang lemah sehingga efek
terhadap tubuh memang kurang berpengaruh tapi ada baiknya kalau kita mengurangi
masuknya zat asam kedalam tubuh kita karena dapat membahayakan kesehatan.
Compounds H2CO3 is a weak acid compound so that the effect on the
body is less powerful but it is better if we reduce the influx of acidic
substances into our bodies because it can be harmful to health.
Perlu kita tahu bahwa didalam darah itu terdapat H2CO3 yang
berguna untuk mengatur pH (tingkat keasaman) di dalam darah. Darah adalah
Buffer (larutan yang dapat mempertahankan pH) dengan asam lemahnya berupa H2CO3
dan dengan basa konjugasinya berupa HCO3- sehingga darah memiliki pH sebesar
7,35 – 7,45 dengan reaksi sebagai berikut:
We need to know that in the blood that are H2CO3 useful for
adjusting the pH (acidity) in the blood. Blood is a buffer (solution which can
maintain pH) with a weak acid to form H2CO3 and HCO3 conjugate base form so
that blood has a pH of 7.35 to 7.45 with the following reaction:
CO2 + H20 HCO3- + H+
Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai
pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah.
Adanya kelainan pada mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa menyebabkan salah
satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau
alkalosis.
The body uses a pH buffer (buffer) in the blood as a protection
against the changes that occur suddenly in blood pH. Abnormalities in the pH
control mechanism, can lead to one of two major abnormalities in acid-base
balance, ie acidosis or alkalosis.
Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak
mengandung asam (atau terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan
menurunnya pH darah.
Acidosis is a condition where the blood has too
much acid (or too little base) and often causes decreased blood pH.
Sedangkan Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu
banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang
menyebabkan meningkatnya pH darah.
While alkalosis is a condition where the blood has too much base
(or too little acid) and sometimes causes increased blood pH.
Kembali lagi ke permasalahan awal, dimana makanan kita tiup, lalu
karbondioksida dari mulut kita akan berikatan dengan uap air dari makanan dan
menghasilkan asam karbonat yang akan mempengaruhi tingkat keasaman dalam darah
kita sehingga akan menyebabkan suatu keadaan dimana darah kita akan menjadi
lebih asam dari seharusnya sehingga pH dalam darah menurun, keadaan ini lebih
dikenal dengan istilah asidosis.
Back again to the initial problem, where our food inflatable, and
carbon dioxide from our mouths will bind with the moisture of the food and produce
carbonic acid which will affect the level of acidity in our blood that will
lead to a condition where the blood we will be more acidic than it should so
decreased blood pH, this situation is known as acidosis.
Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam
dan lebih cepat sebagai usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah
dengan cara menurunkan jumlah karbon dioksida.
Along with the decrease in the pH of the blood, breathing becomes
deeper and faster as the body's attempt to reduce excess acid in the blood by
reducing the amount of carbon dioxide.
Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan
tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi
kedua mekanisme tersebut tidak akan berguna jika tubuh terus menerus
menghasilkan terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat. Sejalan
dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar
biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis
semakin memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan bahkan kematian.
In the end, the kidneys also tried to compensate for this situation
by issuing more acid in the urine. But both of these mechanisms will not be
useful if the body constantly produces too much acid, resulting in severe
acidosis. In line with the worsening acidosis, the patient began to feel an
incredible fatigue, drowsiness, nausea and experiencing more confusion. If
acidosis worsens, blood pressure may fall, causing shock, coma and even
death.
Dari sini juga semakin jelas hikmah dari larangan Rasulullah Saw
agar ketika minum seteguk demi seteguk, jangan langsung satu gelas sambil
bernapas di dalam gelas. Hal ini karena ketika kita minum langsung banyak, maka
ada kemungkinan kita akan bernapas di dalam gelas, yang akan menyebabkan reaksi
kimia seperti di atas.
From here also increasingly obvious wisdom of the prohibition of
the Prophet so when drinking a mouthful by mouthful, do not jump to the glass
while breathing in the glass. This is because when we drink directly much, then
there is a possibility we will breathe in the glass, which will cause a
chemical reaction as above.
SUBHANALLAH
HADISTS ISLAM DAN REAKSI KIMIA (Islamic Hadith and Chemical
Reactions)
No comments :
Post a Comment