Sedih! Walau Sudah Tua, Kakek ini Masih Semangat Jualan
Hari ini, sekitar pukul 4 sore aku pergi
mengajak anak ku berkeliling kota. Berkeliling-keliling dengan mengendarai
sepeda motor menikmati suasana sore di kota Medan. Menyempatkan diri untuk
melepaskan kesibukan rutinitas yang monoton yang selama ini telah menyita waktu
ku dan anakku untuk menikmati kebersamaan.
Taman Teladan Medan, taman yang terletak
di antara Gedung Stadion Teladan, ITM dan Departemen Store Ramayana Teladan menjadi
lokasi tujuan kami untuk sekedar bersantai di alam terbuka. Taman yang memiliki
banyak permainan anak-anak, ayunan, perosotan, alat-alat olahraga gratis, air
mancur dan keasrian taman hijau yang penuh dengan pepohonan sering di jadikan
tempat berkumpul bersama, tempat bersantai oleh para masyarakat sekitar.
Di sore hari, banyak para pengunjung
yang datang bukan hanya untuk sekedar bersantai bersama keluarga atau teman,
tetapi juga orang-orang yang ingin berolahraga; dan jogging adalah kegiatan
olahraga yang paling sering dilakukan oleh mereka. Ditambah dengan pemandangan
yang asri dan ramah lingkungan menambah kenikmatan di waktu bersantai dan
berolahraga sore.
Ada pengunjung pastilah pula ada
pedagang. Ada banyak pedagang yang menjajakan dagangannya demi rupiah. Mulai
dari pedagang berumur dewasa hingga anak-anak. Ada pedagang yang terlihat biasa
saja seperti pedagang kebanyakan, ada pula pedagang yang mencuri perhatian dan
simpati dari para pengunjung.
![]() |
14 Nov 2016, 16.55 |
![]() |
14 Nov 2016, 16.56 |
Inilah pedagang yang mencuri hati saya
di Taman Teladan. Seorang kakek tua, yang saya tidak ketahui nama dan
alamatnya. Si kakek tua menjual kacang panggang dan telur asin. Beliau
menjajakan jualan dengan menggunakan sepeda ontel kuno.
Seorang pengunjung, ibu-ibu, memanggil
kakek tersebut begitu lewat di depan tempat duduknya. Ibu tersebut membeli kacang
panggang yang dibandrol harga Rp. 5000,- perbungkus yang dibungkus kerucut dengan menggunakan kertas koran, telur bebek asin dengan harga Rp. 3500/butir. Ketika kakek tersebut berjalan melintas di
depan tempat duduk saya, saya pun dengan rasa tidak tega segera memanggil si
kakek juga dan membeli kacang panggang dan telur asinnya.
Ramah, ya kakek itu ramah sekali. Apa
lagi ketika saya dengan tiba-tiba ingin memotret kakek itu dengan kamera Hp
saya dan kakek itu terkejut hingga terjadilah pembicaraan singkat di antara kami.
“Kek,
aku foto ya Kek”.
“Alah
dek, kakek udah tua, gk ganteng lagi buat di foto”.
“Ehh,
kakek…hahahaha”.
“Kakek
sering jualan dimana aja?”
“Kakek
jualannya keliling, dek, muter-muter di daerah sini aja”.
Ya, begitulah kira-kira pembicaraan
singkat kami sebelum akhirnya saya membayar kacang dan telur asin yang saya
beli tadi dan segera mencicipi. Enak, kacang panggangnya gurih dan renyah. Kebetulan
saya tidak suka telur, yang memakan telur asinnya adalah anak saya, kata anak
saya enak. Berarti jualan kakek itu Mantap !!! Tidak mengecewakan.
Sepeninggalan kakek itu, saya dan ibu
pembeli tadi bercerita dan membahas tentang kakek tersebut, ternyata ibu
tersebut pun sedih dan iba melihat kakek itu. Sudah tua, jualan pula, properti
jualannya sederhana sekali, mengingatkan mendiang kakek saya dulu.
Sejuta pertanyaan tentang kakek itu terbesit di benak kami, mengapa kakek tersebut masih jualan di usia senja, kemana anak dan cucunya dan ini dan itu. Tapi apa boleh buat, saya tidak bisa mengorek banyak informasi tentang kakek itu karena di batasi waktu dan keadaan bertepatan pula saya membawa anak saya untuk bermain-main di taman, kakek itu berjualan keliling, jelas tidak memungkinkan untuk mengajaknya berlama-lama bercerita.
Sejuta pertanyaan tentang kakek itu terbesit di benak kami, mengapa kakek tersebut masih jualan di usia senja, kemana anak dan cucunya dan ini dan itu. Tapi apa boleh buat, saya tidak bisa mengorek banyak informasi tentang kakek itu karena di batasi waktu dan keadaan bertepatan pula saya membawa anak saya untuk bermain-main di taman, kakek itu berjualan keliling, jelas tidak memungkinkan untuk mengajaknya berlama-lama bercerita.
Hanya doa dari dalam hati dengan tatapan sedih dan terharu yang dapat saya ucapkan demi kesehatan dan kelarisan dagangannya, semoga pulang membawa rezeki yang banyak dan selalu sehat wal afiat. Amin.
* Penulis asli : Lea Sihombing
No comments :
Post a Comment